NEWS REDAKSI 7 - Namanya Endang (50), ia adalah seorang pria asal Cianjur dengan 6 orang anak yang usianya masih kecil, 3 diantaranya meninggal dunia. Dua anak Endang masih duduk di bangku sekolah dasar (SD) dan juga sekolah taman kanak-anak ( TK ), sementara anak bungsu Endang masih balita.
Keseharian Endang di tanah rantau Kabupaten Garut adalah seorang supir angkot, dalam kesehariannya mengemudikan angkot ia membawa anaknya yang bungsu yang masih balita. Karena, tak mungkin anaknya ditinggal sendiri di rumah tanpa ada asuhan dari keluarganya. Sebab Endang tak memiliki istri, sanak saudara dan dua anak Endang menjalani sekolah, yakni anak yang pertama di bangku kelas 2 SD dan yang kedua masih TK.
Kondisi memprihatinkan Endang ini berawal dari 8 bulan silam saat ia di Cianjur ia ditinggal sang istri tercinta yang lebih dulu meninggal dunia menghadap sang khaliq. Setelah ia ditinggal sang istri, Endang lantas berkenalan dengan seorang janda asal garut dan menikah dengan perempuan tersebut.
Namun nasib nahas bagi Endang terus menghampirinya, tak lebih dari 4 bulan usia pernikahannya dengan janda asal garut yang membawanya menetap di daerah Cintaasih Samarang Garut harus kandas. Lantaran alasan ekonomi, wanita asal garut yang ia nikahi pun meninggalkan Endang beserta 3 orang anak hasil dari pernikahannya dengan istri pertama nya di Cianjur.
Meski ditinggal pergi oleh istrinya asal garut, Endang tetap memilih bertahan hidup di Garut ketimbang di Cianjur tanah kelahirannya. Alasannya, selain capek pindah-pindah tempat, ia juga ingin memulai hidup baru di Garut dengan berbekal kemauan keras dengan menjadi supir angkot meski penghasilannya tak menentu dan serba kekurangan. Endang pun ingin berdomisili tetap di Garut dan menjadi warga Garut.
Menurut pengakuan Endang, sebenarnya ia memiliki keahlian dalam pengobatan alternatif seperti pijat totok, akupuntur, dan bekam. Bahkan, Endang mengaku punya sertifikat dalam keahliannya tersebut. Sebelumnya juga ia sempat buka praktek pengobatan alternatif di Jakarta dengan di sponsori perusahaan. Sehubungan pemilik perusahaan tempat ia bernaung meninggal dunia, tempat praktek pengobatan alternatif Endang pun harus tutup. Dan membawa ia kepada kondisinya yang seperti sekarang ini.
Berbekal keahlian pengobatan alternatif yang ia miliki, Endang berharap untuk dapat membuka praktek. Namun dikatakan Endang, ia tak memiliki modal untuk membuka praktek.
Endang sangat berharap adanya perusahaan, pengusaha atau siapapun yang dapat membantu ia kembali membuka praktek pengobatan gratis. Hal ini tentu demi bertahan hidup dan dapat menghidupi ketiga anaknya yang masih kecil.
Jajang Badrujaman - Reporter News redaksi 7